Hai sahabat blogger , sebagaimana kita ketahui sekarang penyakit ini tak asing lagi di telingga kita ,nanti saya akan share info yang lain tentang diabetes ini , sekarang mungkin khusus buat yg lagi nyari tugas atau bahan kuliahnya dulu ya ,hehehe .... check it ou guys !
Etiologi :
1.
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus
Tergantung
Insulin
disebabkan oleh destruksi sel â pulau Langerhans akibat proses autoimun.
2.
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus
Tidak
Tergantung
Insulin disebabkan kegagalan relatif sel â pulau Langerhans dan
resisteni
insulin. Resitensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi
glukosa oleh hati. Sel â tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya,
artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat
dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan
glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel â
pankreas
mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer, A., 1999).
Menurut
American Diabetes Association (ADA) tahun 2009 :
1. Diabetes Melitus tipe 1
DM tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes “Juvenile onset” atau “Insulin dependent”
atau “Ketosis prone”, karena tanpa insulin dapat terjadi
kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah “juvenile onset” sendiri
diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan
memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir usia
30 atau menjelang 40.
Karakteristik
dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar
glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap
stimulus yang semestinya meningkatkan sekresi insulin.
DM tipe 1 sekarang banyak dianggap sebagai penyakit
autoimun. Pemeriksaan histopatologi pankreas menunjukkan adanya infiltrasi
leukosit dan destruksi sel Langerhans. Pada 85% pasien ditemukan antibodi
sirkulasi yang menyerang glutamic-acid decarboxylase(GAD) di sel beta pankreas
tersebut. Prevalensi DM tipe 1 meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun
lain, seperti penyakit Grave, tiroiditis Hashimoto atau myasthenia gravis.
Sekitar 95% pasien memiliki Human Leukocyte Antigen (HLA) DR3 atau HLA DR4.
Kelainan
autoimun ini diduga ada kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana
sistem imun pada orang dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul
sel beta pankreas yang ‘menyerupai’ protein virus sehingga terjadi destruksi
sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor yang diduga berperan memicu
serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps, rubella, coxsackie),
toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi.
Selain akibat
autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak
ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik
ini, sering terjadi akibat faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika
dan Asia.
2. Diabetes Melitus tipe
2
Tidak seperti
pada DM tipe 1, DM tipe 2 tidak memiliki hubungan dengan aktivitas HLA, virus
atau autoimunitas dan biasanya pasien mempunyai sel beta yang masih berfungsi
(walau terkadang memerlukan insulin eksogen tetapi tidak bergantung seumur
hidup). DM tipe 2 ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin. Pada DM tipe 2 resistensi insulin
terjadi pada otot, lemak dan hati serta terdapat respons yang inadekuat pada
sel beta pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma,
penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan
peningkatan lipolisis.
Pathogenesis & Morphology :
a.
Menurut Brunner dan Suddarth(2001), pathogenesis DM yaitu:
1).
Diabetes Tipe I
Pada
diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel-sel beta pan-kreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiper-glikemia
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping
itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun
tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah
makan).
Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar : akibatnya, glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yangberlabihan diekskresikan ke
urin, ekskresi ini akan disertai pengeluarancairan dan elektrolit yang
berlebihan pula. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi
insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan seera makan
(Polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori, gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan.
2).
Diabetes Tipe II
Pada
diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yaitu yang berhubungan dengan
insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi sel resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan
demikian insuliin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan.
Untuk
mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini ter-jadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Menurut
Price (1995)
Pada
DM tipe II, kelainan terletak di beberapa tempat :
Sekresi
insulin oleh pankreas mungkin cukup, tetapi terdapat keterlambatan, sehingga
glukosa sudah diabsorpsi masuk darah tapi insulin belum memadai.
· Jumlah
reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000 – 30.000); pada obesitas
bahkan hanya sekitar 20.000.
· Jumlah
reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga insulin tidak efektif.
· Terdapat
kelainan di pasca reseptor, sehingga proses glikolisis intra seluler terganggu.
· Adanya
kelainan campuran di antara no 1,2,3 dan 4
Patogenesis
DM Tipe 2
Pada
DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel kurang. Reseptor insulin ini
diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi
jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin)
banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang
masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di
dalam darah akan meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM
Tipe 1. Perbedaanya adalah DM Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar
insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Faktor-faktor
yang banyak berperan sebagai penyebab resistensi insulin:
1.
Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
2.
Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3.
Kurang gerak badan
4.
Faktor keturunan (herediter)
Pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 mempunyai dua efek fisiologis. Sekresi insulin
abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran. Ada tiga
fase normalitas. Pertama glukosa plasma tetap normal meskipun terlihat
resistensi urin karena kadar insulin meningkat. Kedua, resistensi insulin
cenderung menurun sehingga meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak
intoleransi glukosa bentuk hiperglikemia.
Pada
diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin normal, malah mungkin banyak, tetapi
jumlah reseptor pada permukaan sel yang kurang. Dengan demikian, pada DM tipe 2
selain kadar glukosa yang tinggi, terdapat kadar insulin yang tinggi atau
normal. Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Penyebab resistensi
insulin sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor berikut ini turut berperan
:
Baik
pada DM tipe 1 atau 2, jika kadar glukosa dalam darah melebihi ambang batas
ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urine.
Ekspresi klinis
Gejala
klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan, sering
kencing
terutama malam hari dan berat badan yang turun dengan cepat.
Disamping
itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari
tangan
dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah
seks
menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan
bayi
dengan berat badan diatas 4 kg (Anonim, 2000).
Diabetes
dapat pula bermanifestasi sebagai satu atau lebih penyulit
yang
bertalian. Diabetes mellitus terutama NIDDM
(Non Insulin
Dependent
Diabetes Mellitus), bisa tanpa gejala, sehingga sering
didiagnosis
berdasarkan ketidaknormalan hasil pemeriksaan darah rutin
atau
uji glukosa dalam urin. 8
Secara
epidemiologik diabetes seringkali tidak terdeteksi dan
dikatakan
onset atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum
diagnosis
ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi
pada
kasus yang tidak terdeteksi. Faktor resiko yang berubah secara
epidemiologi
diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan
lebih
lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktifitas
jasmani
dan hiperinsulinemia.